Senin, 20 Mei 2013

tatalaksana OMSA




Pada stadium oklusi, pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba eustachius, sehingga tekanan negatif di telinga tengah menghilang. Untuk ini diberikan obat tetes hidung. HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik (anak < 12 tahun) atau HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk yang berumur diatas 12 tahun dan pada orang dewasa.
Selain itu sumber infeksi harus diobati. Antibiotika diberikan apabila penyebab penyakit adalah kuman, bukan oleh virus, atau alergi.
Terapi pada stadium presupurasi ialah antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika. Pemberian antibiotik dianjurkan minimal selama 7 hari. Pada anak, ampisilin diberikan dalam dosis 50-100 mg/kgbb per hari, dibagi dalam 4 dosis atau eritromisin 40 mg/kgbb/hari.
Pada stadium supurasi selain diberikan antibiotik, idealnya harus disertai dengan miringotomi, bila membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari.
Pada stadium perforasi sering terlihta sekret banyak keluar dan kadang terlihat sekret keluar secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3 sampai 5 hari serta antibiotik yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.
Pada stadium resolusi, maka membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak lagi dan perforasi membran timpani menutup.
Bila terjadi resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir diliang telinga luar melalui perforasi di membran timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya edema mukosa telinga tengah. Pada keaddaan demikian antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan sekret masih banyak, kemungkanan telah terjadi mastoiditis.
Miringotomi
Miringotomi ialah insisi pada pars tensa membran timpani, agar terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke telinga luar.
Istilah miringotomi sering dikacaukan dengan parasintesis. Timpanosintesis sebetulnya beradi fungsi pada membran timpani untuk mendapatkan sekret guna pemeriksaan mikrobiologi (dengan sempritdan jarum khusus)
Miringotomi merupakan tindakan pembedahan kecil yang dilakukan dengan syarat tindakan ini harus dilakukan dengan cara a-vue (dilihat langsung), anak harus tenang dan dapat dikuasai, (sehingga membran timpani dapat dilihat denagn baik).  Lokasi miringotomi ialah kuadran posterior-inferior. Untuk tindakan ini haruslah memakai lampu kepala yang mempunyai sinar cukup terang, memakai corong telinga yang sesuai dengan besar liang telinga, dan pisau khusus (miringotom) yang digunakan berukuran kecil dan steril.
Komplikasi Miringotomi
Komplikasi miringotomi yang mungkin terjadi adalah perdarahan akibat trauma pada liang telinga luar, dislokasi tulang pendengaran, trauma pada fenestra rotundrum, trauma pada n. fasialis, trauma pada bulbus jugularis (bila ada anomali letak).
Mengingat kemungkinann komplikasi itu, maka dianjurkan untuk melakukan miringitomi dengan nakrosis umum dan memakai mikroskopi. Tindakan miringotomi dengan memakai mikroskop, selain aman, dapat juga untuk mengisap sekret dari teilnga tengah sebanyak-banyaknya. Hanya dengan cara ini biayanya lebih mahal.
Bila terapi yang diberikan sudah adekuat, sebetulnya miringitomi  tidak perlu dilakukan kecuali bila jelas tampak adanya nanah ditelinga tenngah. Dewasa ini sebagian ahli berpendapat bahwa miringotomi tidak perlu dilakukan, apabila terapi yang adekuat sudah dapat diberikan (antibiotik yang tepat dan dosis cukup). Komplikasi timpanosintesis kurang lebih sama dengan komplikasi miringitomi.

SUMBER:
1.      Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher. Ed. 6. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 1990.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar