Catatan
THT
SERUMEN
ê Secret
kelenjar sebacea dan apokrin pada pars kartilagenis
ê Tipe basa
dan kering
ê Fungsi
proteksi - efek bakterisidal
ê Membersihkan
serumen, tergantung tipe
ê Bisa
suction
ê Hindari
irigasi pada perforasi
ê Air
jangan terlalu panas dan dingin (suhu kamar)
ê Serumen
keras karbogliserin 10% 3
hari
INFEKSI
TELINGA LUAR
FURUNKEL/SIRKUMSKRIPTA
ê Infeksi
batas tegas
ê Pars
kartilagenis MAE (1/3 luar)
ê Dimulai
dari folikel pilosebaceus
ê Etiologi:
S. aureus, S. albus
ê Kondisi
baik
ê Nyeri
tekan tragus, nyeri tarik aurikel (khas), nyeri ketika membuka mulut
ê Furunkel
besar gangguan
pendengaran
ê Nyeri
hebat tidak sesuai dengan besar bisul
ê Terapi:
bila sudah terbentuk abses dapat dipecahkan dengan jarum
ê Antibiotic,
analgesic
|
FLEGMON/DIFUS
ê Etiologi:
pseudomonas (sering)
ê 2/3
dalam
ê Cuaca
panas dan lembab
ê Gejala
Klinis
ê Nyeri
tekan tragus
ê Edema
sebagian besar dinding MAE
ê Secret
minimal
ê Terapi:
bersihkan telinga, masukan tampon
|
HERPES
ZOSTER OTICUS
ê Tanda
khas: multiple herpetic vesicle
ê Ganglion
geniculatum
ê Aurikel,
MAE, m. tympani
ê Kasus
berat: gangguan pendengaran (tuli sensorineural), paralisis facialis
ê Bisa
disebut sindrom ramsay hunt
ê Pengobatan
: simptomatik
Penyakit
telinga---- telinga tidak boleh basah
|
MIRINGITIS
BULLOSA
ê Biasanya
muncul bersamaan dengan influenza (khas)
ê Anak-anak
sering
ê Tuli
konduktif
ê Otoskopi:
ada bula, hiperemis, basah
ê Nyeri
hebat
ê Beberapa
hari, bula kering dan sembuh tanpa komplikasi
ê Terapi
hanya berupa toilet telinga dan kontrol, atasi kejang serta analgesic
ê Antibiotic
untuk cegah infeksi sekunder
|
OTITIS MEDIA
SUPURATIF AKUT
ê Radang
telinga tengah oleh infeksi bakteri
ê Mikro: H.
Influenza, S. pneumonia
Masuk kavum tympani
melalui
ê Tuba
auditiva anak-anak
ê M. tmpani
perforasi/rupture dewasa
ê Hematogen
Patologi
1.
Stadium
Hiperemis (Stadium pre-supurasi)
ê Otalgia
ê Rasa
penuh dalam telinga oklusi
tuba
ê Demam
ê Hearing
: nearly normal
Otoskopi
injeksi pembuluh
darah membran tympani sekitar manubrium malei, tepi pars tensa dan pars
flacida
2.
Stadium
eksudasi
ê Otalgia
+ demam bertambah
ê Pendengaran
terganggu
ê Pada
bayi: muntah, kejang, meningismus
ê Nyeri
tekan mastoid
Otoskopi
membran tympani
bombans, hiperemis
x-ray
mastoid selulae Mastoid
kabur
foto
harus kiri dan kanan
|
3.
Stadium
supurasi
ê Otorhea
(serosanguinolen
mukopurulen)
ê Otalgia
berkurang
ê Demam
(+/-)
ê Pendengaran
makin berkurang
ê KU
membaik
Otoskopi:
perforasi kecil
4.
Stadium
Koalesen/mastoiditis
ê Aditu
ad antrum
ê Otalgia
biasanya
nocturnal
ê Demam
(+/-)
ê Nyeri
tekan mastoid/tanda abses (+)
ê Otore
> 2minggu curiga
mastoiditis
Otoskopi
MAE sempit o/k
dinding post-sup “sagging”/jatuh
|
5.
Stadium
komplikasi
Komplikasi intra temporal
|
Komplikasi intrakranial
|
ê Mastoiditis
ê Petrositis
ê Labirintitis
ê Abses
retroaurikuler
ê Paresis
N. VII
ê Abses
bezold
ê Abses
cittelli
|
ê Thromboflebitis
sinus sigmoid
ê Abses
perius
ê Abses
subdural
ê Abses
otak
ê Meningitis
ê Abses
epidural
ê Hidrosefalus
otitis
|
ê OMSK
6.
Stadium
resolusi
ê Otore
berkurang/tidak ada
ê Pendengaran
membaik normal
Otoskopi
perforasi kecil menutup
Terapi:
ê Antibiotik:
perhatikan resistensi kuman
ê Simptomatik:
anti piretik
ê Nasal
dekongestan/terapi alergi
ê Operasi
miringotomi u drainase
ê Mastoidektomi
pada stadium koalesen dan stadium komplikasi (mastoidektomi simplex)
Otolaringo
referral
ê Failed
medical therapy
ê Hearing
loss (≥ 20 db)
ê Tympanic
membrane charge
ê Mastoiditis
ê Persisten
ear discharge
ê Komplikasi
intrakranial
OTITIS
MEDIA NEKTOTIKAN AKUT
ê Pada bayi
dengan infeksi akut, demam scarlet, campak, pneumonia, influenza
ê Gejala
klinis = OMS akut, kecuali
a.
Perforasi spontan lebih awal
b.
Otore mukoid + foe tor gejala
otore > dini
c.
Ketulian > berat
ê Sekuele
a.
Perforasi membrane tympani yang luas
b.
Sembuh dan tertutup sikatrik tipis
c.
Sembuh dan hilangnya bagian osikula
d.
Perforasi menetap
e.
Perforasi sentral, otore mukoid
Otitis media
berulang curiga
karsinoma nasofaring
OTITIS
MEDIA VIRAL
ê Etiologi:
virus common cold
ê Patologi:
silia sel mukosa hilang, produksi mucus bertambah, oklusi tuba otitis
media serosa
ê Komplikasi:
infeksi sekunder oleh bakteri
ê Terapi:
simptomatis, antibiotic u/ cegah infeksi
OTITIS
MEDIA ALERGIKA
ê Reaksi
alergi pada mukosa telinga tengah:
Mukosa
tuba eustachius otitis
media serosa
Edema
mukosa tuba
OTITIS
MEDIA TB KRONIS
ê Khas
perforasi > 1 (multipel) + tuli progresif, berat
ê Suspek:
OM. TBC OM kronis yang
tidak responsive terhadap terapi rutin/penyakit TB + infeksi kronis telinga
ê Terapi:
obat TB
OTITIS
MEDIA SUPURATIF KRONIS
|
Tipe benigna
|
Tipe maligna
|
Gejala
|
ê Otore
mukoid/mukopurulent,
ê gangguan
pendengaran
ê
Tidak terdapat kolesteatoma
ê
Perforasi sentral (kecil-luas/total)
ê
Letak perforasi pada pars tensa
ê
Tidak mengenai tulang
ê Mukosa
kavum timpani : hiperemis, tebal
ê Dapat
terjadi infeksi akut eksaserbasi
|
ê
Terdapat kolesteatoma
ê
Perforasi luas : marginal, post-sup, atik, total
ê
Letak perforasi pada pars flacida
ê Mengenai tulang
|
Terapi
|
Antibiotic (gol.
Penisilin)
Gangguan fungsi
tuba kausal
|
Operasi
mastoidektomi radikal u/
1.
Hentika erosi tulang
2. Antrum
+ selula & kavum tympani
dihubungkan dengan meatus eksterna, menjadi 1 rongga besar, kering inaktif
|
KOLESTEATOMA
ê Karakteristik
: epidermoid cyst
ê 2 tipe
1.
Kolesteatoma kongenital
2.
Kolesteatoma akuisita
a.
Primer : terbentuk didahului ol perforasi
m. tympani
b.
Sekunder : setelah adanya perforasi m.
tympani
3.
Sifak erosive pada tulang
|
Diagnosis
ê Serpihan
putih mengapung pada air bilasan
ê Perforasi
khas: atik, marginal, post-sup
ê X-ray
mastoid: daerah radiolusen (+)
ê Otore
foetore, tuli berat, “unresponsive therapy, komplikasi (+)
ê Jaringan
granulasi/polip pada kasus OMSK
Atik (occult
cholesteatoma)—Tensa (tensa cholesteatoma)
Flacida (flacida cholesteatoma)
|
PENYAKIT
INFEKSI HIDUNG
HIDUNG
LUAR
1.
SELULITIS
ê Sering
mengenai puncak dan batang hidung, perluasan furunkel pada vestibular nasi
ê Penyebab:
Streptococcus, staphylococcus
ê Infeksi:
edema, kemerahan, sangat nyeri
ê Terapi:
antibiotic dosis tinggi (sistemik)
2.
VESTIBULITIS
ê Infeksi
pada kulit vestibulum nasi
ê Karena Iritasi:
Secret
dari rongga hidung (rhinitis, sinusitis, benda asing)
Trauma
(dikorek-korek)
ê Furunkel
potensial berbahaya menyebar ke v. facialis & v. oftalmica
tromboflebitis sinus cavernosum
ê Jangan
dipencet/insisi, kecuali sudah terbentuk abses
ê Infeksi
spesifik: lepra, sifilis, tuberculosis
ê Terapi:
antibiotic dosis tinggi
RINITIS ALERGI
(RA) = “ALLERGIC RHINITIS”
Definisi (Von
Pirquet 1906) :
RA adalah penyakit
inflamasi pada mukosa hidung yang
disebabkan reaksi alergi dengan dilepaskannya mediator kimia, ketika terjadi
paparan ulang dengan alergen spesifik, pada pasien atopi yang sudah
tersensitisasi dengan alergen yang sama sebelumnya.
ARIA
WHO 2001 (Allergic Rhinitis and Its Impact on Asthma)
Allergic Rhinitis is
clinically defined as symptomatic disorders of the nose induced after allergen
exposure by an IgE mediated inflammation of the membrane lining the nose.
Ggn kualitas hidup º RA
Sering
pada usia produktif
Cost :
USA : $ 3,5 milyar/thn blm termasuk komplikasi
Mudah
kambuh º kronik º
komplikasi
Faktor
berperan :
§ Genetik
§ Lingkungan
: Alergen & Non alergen
§ Sistem
imun
§ Kebugaran
Berdasarkan cara
masuk alergen:
INHALAN
(udara pernapasan) - debu rumah, tungau, human dander, jamur, bulu hewan
INGESTAN
(makanan)– susu, telur,kacang tanah, udang, dll.
INJEKTAN
(suntikan atau tusukan) – penisilin, sengatan lebah
KONTAKTAN
(kontak kulit atau mukosa) – bahan kosmetik, perhiasan
Untuk
terjadinya RA ada 2 faktor penting yaitu:
Sensitivitas
pada alergen (atopi) biasanya herediter
Kontak
ulang dengan alergen (lingkungan)
Faktor
PREDISPOSISI :
1.
Genetik
2. Infeksi -
sinusitis - asma
Umur
Kondisi
sosial ekonomi dan kebugaran
Pekerjaan
Polusi
udara atau asap rokok
Konsentrasi
alergen
3.
Musim – iklim, suhu, lembab, tekanan udara
4. PSIKIS 1 ALERGI !
Patofisiologi
Rinitis Alergi
1.
Tahap
Sensitisasi:
Kontak I
tubuh akan membentuk IgE spesifik
IgE
spesifik menempel pada permukaan sel mastosit dan basofil yang mengandung
granul
Sensitization
& IgE production
2.
Tahap
Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC)
Paparan
ulang alergen spesifik
Degranulasi
mastosit
§ Histamin
(efek utama)
§ Serotonin
§ ECF-A,
NCF-A
§ Prostaglandin
D2 (PGD2)
§ Leukotrient
C4 (LTC4)
§ PAF,
dll
|
Histamin sebagai
efektor utama
Rangsang
saraf Vidianus º gatal dan bersin
Hipersekresi
kelenjar º rinore
Vasodilatasi
dan permeabilitas kapiler
meningkat º Obstruksi nasi
Terjadi
dalam beberapa menit dan puncaknya sampai 30 menit – 1 jam
|
3.
Tahap
Reaksi Alergi Fase Lambat (RAFL)
•
30-40% penderita RA
•
2-4
jam setelah paparan, puncak 6-8 jam dan berakhir 24 jam atau 48 jam kemudian
•
Gejala obstruksi nasi, bersin dan rinore
•
Dalam mukosa hidung:
ü Sel
inflamasi
ü IL-3,
IL-4 dan IL-5
ü ICAM-1
KLASIFIKASI
Klinis
( perlangsungan ) :
RA
musiman (Seasonal, hay fever, pollinosis)
RA
sepanjang tahun ( Perennial )
ARIA – WHO 2001
(Allergic Rhinitis and its impact on asthma) membuat klasifikasi baru dengan
menggunakan parameter lamanya gejala dan
beratnya gejala.
Durasi (lamanya gejala)
•
Intermitten
•
Persisten
|
Derajat berat penyakit
•
Ringan
•
Sedang-berat
|
RA MUSIMAN
c Periodik – musiman -- Eropa (musim semi) –
Indonesia (-) ?
c Penyebab – pollen, spora jamur, bunga,
rumput (Out door Allergen)
c Semua umur -- mulai anak / dewasa muda
c Berat-ringan berbeda dari tahun ke tahun !
Ê Sebagai rinokonjuntivitis ! AKUT !!
Ê Gejala mata – mata merah, gatal, lakrimasi
Ê Gejala hidung – Gatal + bersin paroksismal (> 5x)
Obstruksi
nasi
Rinore
encer – profus
Rinoskopi
/ nasoendoskopi
o
mukosa edema, hiperemis, pucat / livide
o
sekret encer
SEKRET banyak
EOSINOFIL !
|
RA PERENIAL
§ Intermiten
/ terus menerus !
§ Alergen utama inhalan (dewasa) – ingestan (anak)
§ Alergen
utamanya biasanya “Indoor Allergen”, misal debu rumah, jamur, binatang
peliharan
§ Faktor
nonspesifik – iritasi asap – bau merangsang
> berat
§ Semua
umur – terbanyak anak – dewasa muda
– lansia
ê
Sex – Ras –
Etnik tidak berpengaruh !
§ Gejala
mirip RA musiman tapi lebih ringan dan lebih persisten sehingga komplikasi
lebih sering
|
DIAGNOSIS
RA
ANAMNESIS :
Riwayat
atopi dalam keluarga penting!
Gejala
alergi dan non alergi
Onzet,
progressi dan beratnya gejala
Durasi
Hubungan
dengan musim
Gejala
mata, faring dan sistemik
Adanya
kelainan sinus dan telinga
Faktor
penyebab dan yg memperberat
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
v IN VIVO
:
Ø TES
KULIT:Scratch test, Prick test,,Intra dermal test Dan SET ( Set Endpoint
Titration )
Ø Nasal Provocation
Test
v IN
VITRO
Ø Nasal
cytologi
Ø Kadar
Ig E : Total Dan Spesifik
v RADIOLOGI
Ø Foto
polos : Waters,Cald Well dan lateral
Ø CT Scan
Sinus paranasalis posisi coronal
|
PEMERIKSAAN FISIK
Rinoskopi
anterior dengan memakai lampu kepala atau dengan endoskop :
-
Mukosa hiperemis, pucat, livide ( Khas )
-
Rinore seperti air, serous, mukus
-
Edema atau hipertropi konka
-
Dapat ditemukan massa polip
GEJALA LAIN BERUPA :
-
Mouth breathing
-
Allergic salute
-
Nasal crease
-
Allergic shiners
-
Frontal headache
-
Hiposmia
-
Gejala mata
SET “ Skin Endpoint Titration “
Untuk
INHALAN ( pelbagai kepekatan ! )
Keuntungan
o
menentukan jenis Ag
o
menentukan derajat alergi
o
menentukan dosis inisial imunoterapi
INGESTAN – Uji
kulit tidak akurat !
– Diet eliminasi dan provokasi (“challenge test”)
|
TERAPI
antihistamin
/ dekongestan
kortikosteroid
sistemik
topikal
(TETES + SEMPROT)
-
antihistamin
-
vasokonstriktor
-
kortikosteroid
-
Desensitisasi-hiposensitisasi (
Imunoterapi )
alergi inhalan berat & kronik !!
-
Netralisasi - Alergen ingestan !
MEDIKAMENTOSA
|
Avoidance
Kunci
keberhasilan, tp susah
Tungau
DR
ü Kasur,bantal
º busa
ü Sprei/selimut
º cuci teratur
(1x/minggu), siram air panas, jemur matahari
ü Lantai
non karpet
ü Perabot
jangan berukir
ü Mainan
berbulu (–)
ü Pakai
masker º lap basah,
sedotan debu
Anjing
& kucing
ü Jgn
pelihara dlm rumah
Kecoa :
v Bersihkan
rumah
v Bisa
dengan bahan kimia
Jamur
dlm rumah :
v kelembaban
v Bersihkan
“Out
door Allergen” (pollen,tepung sari):
v Tutup
jendela pd saat musim
v Pakai
masker/kacamata
|
v Oral/intra
nasal (IN)
v Keuntungan
IN :
Dpt konsentrasi # dgn efek
sistemik $
Bbrp obat hanya untuk IN
Onset kerja cepat
v Kerugian
IN :
Distribusi tdk optimal
Jika asma + konjungtiva º hrs
diberikan bersamaan
Efek samping bisa :epistaksis,perforasi
septi º tapi
jarang
Obstr nasi total º tdk bisa
Kepatuhan > rendah drpd oral º edukasi
OBAT-OBAT YANG
DIBERIKAN
4 Antihistamin
(AH1)
v Generasi
lama :kurang disukai,kurang selektif,efek sedasi (+), antikolinergik (+)
Contoh :
diphenhydramin, prometazin, triprolidin
v Generasi
baru : potensi besar, long acting (+),sedasi (±)
Contoh : Cetirizine,
Levocetirizine, Fexofenadin, Loratadine
Anti
Histamin Generasi Baru (AHGB) :
v akumulasi
eosinofil
v pelepasan
mediator mastosit/basofil
v migrasi
eosinofil ok º ekspresi ICAM-1
v kadar
kemotaktik
v produksi
IL-6
4 Dekongestan
(Oral/Topikal)
F Vasokonstriksi
oleh “ a adrenergik reseptor”
F Topikal :
Ø Oxymetazolin
Ø Xylometazolin
Ø Fenilefrin
Ø Pemberian
lama º R.Medikamentosa
F Oral :
Ø Ephedrin,
pseudoephedrin, fenilefrin, fenilpropanolamin
Ø Gejala
obstruksi nasi
Ø Efek
samping sistemik
Ø Kombinasi
dgn AH 1
4 Anti
kolinergik topikal
ü Ipratropium
Bromida menghambat stimulasi parasimpatis (anti kolinergik)
ü Diberikan
pd RA dgn rinore yg menonjol
ü Efek
samping ringan, sistemik (–)
4 Anti
Leukotrien
ü Diberikan
pd RA dg gejala obstruksi nasi menonjol
ü Kombinasi
dg AH1
4 Kromolin
lokal
ü Mekanisme
blm jelas
ü Intra
okuler sangat bermanfaat dibanding intra nasal
4 Kortikosteroid
(Glukokortikosteroid)
v Anti
inflamasi alamiah
v Cara
kerja: berikatan reseptor glukokortikosteroid dlm sitoplasma menembus membran inti mempengaruhi DNA º tdk
terbentuk m RNA
v Intra
nasal & sistemik
Imunoterapi Spesifik
Alergen
Ø Intervensi # sistem
imun
Ø Definisi
: cara pengobatan pd Rx Alergi type I dgn memberikan sejumlah alergen
dimulai dgn dosis kecil dinaikkan secara bertahap & berulang dlm usaha
untuk mengurangi gejala.
Ø Berhubungan
dgn “Blocking antibody” yaitu Ig G yg akan menangkap alergen sblm diikat
oleh Ig E
Imunoterapi
Spesifik Alergen
v $ Gejala
80 %. Sembuh 15 % kasus
v Kendala
:
Lama
(2-3 tahun)
Biaya
(terutama awal terapi)
v Manfaat
: umumnya konsumsi obat (-)
|
PEMBEDAHAN
4 Jika
ada komplikasi
v Sinusitis
v Polip
v Konka
hypertrofi
4 Dpt
dilakukan : konkotomi, CWL, FESS, Septoplasti
4 Rasional
tp tdk menghilangkan alergi
|
KOMPLIKASI :
- Polip hidung ( penyebab-perburuk )
- OM berulang (terutama pada anak - 2)
- Sinusitis paranasalis – gangguan
drenasi - ventilasi
RINITIS
VASOMOTOR
•
Sinonim :
-
Vasomotor Instability
-
Vasomotor catarrh
-
Non Specific Rhinitis
•
Definisi :
Suatu Ggn
Fisiologik Lapisan mukosa hidung yang disebabkan bertambahnya aktivitas
parasimpatis
-
Istilah rinitis kurang tepat karena lebih
cenderung memberi pengertian peradangan
daripada suatu ggn fungsi
-
Mirip Rinitis alergi perenial
•
Patofisiologi
-
Pada keadaan normal: Terdapat keseimbagan
Simpatis & Parasimpatis
-
Bgmn saraf otonom bekerja ?
Diduga
hipotalamus (sebagai pusat integrasi )
Menerima
berbagai impuls afferen termasuk rangsang
Emosional
dari pusat yang lebih tinggi
•
Faktor-faktor yang menyebabkan gangguan keseimbangan
vasomotor:
(Simpatolitik):
-
Ergotamin ( alkaloid ergot)
-
Methyl dopa (Antihipertensi)
-
Chlorpromazine
-
Iritasi asap rokok
-
Udara yang dingin (ekstrim)
-
Kelembaban yang tinggi
-
Bau yang merangsang (Iritasi)
|
3.
Faktor endokrin:
-
Keadaan hamil, menstruasi
-
Hipotiroid
4.
Faktor psikis :
-
Cemas / neurosis
-
Stres / tegang ( konflik rumah tangga )
-
Excitement
( Sexual / emosional )
|
•
Gambaran klinik :
-
Obstruksi nasi ( alternating )
-
Rinore ( umumnya mukous /serous)
-
Post nasal dripping
-
Bersin
jarang
-
Tidak gatal
|
-
Lab (Ig E normal, Skin test (-), Eosinofil
normal )
-
Gejala dapat lebih buruk pd pagi hari
-
Dlm anamnesis penting ditanyakan :
Pengaruh
cuaca º
Cenderung rinitis vasomotor
|
•
Pada
rinoskopi anterior ditemukan
-
Edema
konka
-
Konka
berwarna merah gelap atau merah tua (
karakteristik ) tapi dapat pula pucat
-
Pemukan konka bisa licin atau berbenjol-benjol
-
Sekret serous atau mukous
•
Terapi :
-
Hindari faktor predisposisi
-
Banyak olahraga diudara terbuka
-
Simptomatik
:
Dekongestan ( pseudoefedrin )
Antihistamin
Kortikisteroid
intra nasal
Vidian
neurektomi
RINITIS
MEDIKAMENTOSA
•
Ggn respons normal vasomotor sbg akibat
pemakaian obat vasokonstriktor topikal (obat tetes hidung) dalam waktu lama dan
berlebihan (Drug abuse)
•
Obat vasokostriktor topikal (Gol
simpatomimetik)
Pemakaian lama Ggn
siklus nasal :
-
Vasodilatasi/ kongesti beulang
(Rebound
vasodilatation/ congestion)
-
pH hidung berubah
-
Akifitas silia teranggu
-
Sel goblet berubah ukuran
|
-
Membrana basalis menebal
-
Pembuluh darah melebar
-
Stroma tampak edema
-
Hipersekresi Kel.mukus
-
Lap.submukosa dan periostium menebal
|
•
Syarat
vasokonstriktor topikal :
1.
pH :
6,3 – 6,5
2.
Pemakain tidak lebih dari 1 (satu) minggu
3.
Harus isotonik
•
Gejala
Dan Tanda
-
Obs.nasi terus menerus dan berair.Tampak
edema konka + sekret.
-
Tes dengan adrenalin/ efedrin topikal edema
konka tidak berkurang
•
Terapi
-
Hentikan segera pemakaian obat
vasokonstriktor topikal
-
Kortikosteroid ( tapering off )
-
Obat dekongestan oral (Pseudoefedrin)
•
Setelah 3 minggu tidak ada perbaikan Rujuk ke
THT
POLIP NASI (POLIP
HIDUNG)
•
Definisi :
Massa
lunak berbentuk kantong, warna putih pucat, keabu-abuan atau kekuning-kuningan
(seperti buah langsat/dukuh) yang berisi cairan interselluler dan dindingnya
terdiri jaringan fibriler.
•
Etiologi
-
Alergi
-
Infeksi
•
Patogenesis
1.
OH NISHI (ORANG JEPANG)
“Poor
vascularity” (o/k ggn vaskuler mukosa hidung akibat obstr. mekanis)
2.
LARSEN
“Epithelial
Rupture Theory”
3.
LINDSAY GRAY (1967)
Perubahan
aliran udara misalnya
penguncupan(konstriksi) deviasi
septi(Hk. Bernoulli)
Pada
tingkat awal edema mukosa ( terutama di
daerah meatus medius ) Pe tek. jaringan
menyebabkan nekrosis epitel prolaps
jaringan fibreus kmd stroma akan terisi
cairan interselluler kmd
beransur-angsur terjadi epitelisasi
Membentuk kantung (polip kecil)
pengaruh gravitasi + kongesti aliran
darah balik POLIP
•
Patologi
-
Makroskopis :
Mukosa
licin dgn warna pucat (sering), kadang translusen, putih opak, kekuningan,
merah mudah, tidak nyeri tekan, tidak mudah berdarah, dan movable, konsistensi
lunak atau sedikit padat
-
Mikroskopis :
Hanya
sebagian mukosa yang edema & hipertropi diliputi epitel torak bersilia,
stroma fibriler + rongga besar berisi cairan interselluler, penimbunan sel-sel
limfosit, plasma dan eosinofil
•
Gambaran
Klinik
-
Obstr. nasi
-
Rinore encer / mukopurulen
-
Hiposmia / sefalgia
-
Rinolalia oklusa
-
Deformitas hidung luar ( polip besar)
|
•
Insiden
menurut umur:
-
Polip etmoidal segala
umur
-
Polip antral / antrokoanal Umur
muda (dewasa muda, anak-anak ( jarang).
|
•
Sumber
/ lokasi polip :
1.
Dinding depan sinus etmoidalis (Kompleks
Ostio Meatal) pada meatus nasi media
2.
Sinus maksillaris
biasanya soliter, tangkai panjang
3.
Sinus etmoidalis
biasanya multipel
4.
Konka media
5.
Sinus frontal, Sfenoid, dll jarang
•
Diagnosis
-
Anamnesis
-
Pem.fisis + Pem.THT :
Rinoskopi anterior dan posterior
-
Radiologis X-Ray
sinus paranasalis
(Posisi Waters, Lateral & CaldWell)
•
Diff.
Diagnosis
-
Hipertrofi / edema konka nasalis
-
Tumor jinak kavum nasi
-
Tumor ganas Kav.nasi/ sinus paranasalis.
|
•
Terapi
1.
KONSERVATIF
Polip
yg masih kecil dpt di obati dengan kortikosteroid :
-
Sistemik (oral)
-
Topikal
2.
OPERATIF
Untuk
polip yg sudah besar :
a.
POLIPEKTOMI SIMPLEKS
-
Dgn senar polip
-
Polip forcep
b.
Etmoidektomi (Intranasal, transantral )
c.
CWL (Cald Well-Luc OP) Sub
labial approach
d.
F.E.S.S. / B.S.E.F.
(Functional Endoscopic Sinus Surgery)
•
Residif
o/k :
-
Teknik operasi tidak adekuat
-
Faktor pertumbuhan polip misalnya alergi
perlu diatasi
|
EPISTAXIS
Epistaxis
Anterior
·
90% (Little’s Area) Kisselbach’s plexus -
usually children, young adults
·
Etiologies
Trauma,
epistaxis digitorum
Winter
Syndrome, Allergies
Irritants
- cocaine, sprays
Pregnancy
|
Epistaxis
Posterior
·
10% of all epistaxis - usually in the
elderly
·
Etiologies
Coagulopathy
Atherosclerosis
Neoplasm
Hypertension
(debatable)
|
Epistaxis
Management
·
Pain meds, lower BP, calm patient
·
Prepare ! (gown, mask, suction, speculum,
meds and packing ready)
·
Evacuate clots
·
Topical vasoconstrictor and anesthetic
·
Identify source
Anterior
Sites
-
Pressure +/- cautery and/or tamponade
-
all packs require antibiotic prophylaxis
|
Epistaxis
Posterior Packing
-
Need analgesia and sedation
-
require admission and 02 saturation
monitoring
|
Epistaxis
Complications
-
severe bleeding
-
hypoxia, hypercarbia
-
sinusitis, otitis media
-
necrosis of the columella or nasal ala
SINUSITIS
PARANASALIS
tidak
jarang
akibat
gangguan drainase + ventilasi sinus paranasalis
messerklinger
Etiologi
rhinitis
akut
infeksi
faring, gigi
….
Trauma
maxillofacial
Barotraumas
Benda
asing
Factor
predisposisi
Lokal: obstruksi
Gejala
klinis
Nyeri
sinus
Rinore
` kental blood
stain
`post
nasal drip
Obstruksi
nasi
Cephalgia
bisa menentukan
lokasi
SINUSITIS
PARANASALIS KRONIK
ê Berhubungan
erat dengan rhinitis alergi + vasomotor, 2/3 kasus “chronic allergy”, vasomotor,
rhinosinusitis
ê Terapi
optimal
ê Terdiri
dari
1.
SP kronik tipe I: simple chronic infectious
sinusitis
2.
SP kronik tipe II: mixed infective allergic
vasomotor kronik
SP
kronik Tipe I
ê Alergi +
vasomotor instability
ê Etiologi:
serangan akut, rekurensi
ê Gejala:
Rinore
post nasal drip purulent
mukoid
Obstruksi
nasi
ê Terapi:
Prinsip =
SP akut perbaiki drainase
ventilasi SP
Konservatif:
infraksi, punksi/irigasi, IMA
Radikal:
conventional
Ideal:
BSEF
SP
Kronik Tipe II
ê SP kronik
tipe I, ada factor alergi
ê Gejala:
cenderung multipan—bilateral sinus paranasalis, rinore (+)
ê Terapi:
tanggulangi alergi
ê Tanggulangi
infeksi
ê Operasi:
conventional simple-radical-external
ê BSEF
SINUSITIS
MAXILLARIS
Tersering
Pathogenesis
Rinogen,
dentogen, langsung, hematogen/limfogen (jarang)
Bakteri
Gejala klinis
Nyeri
pipi ke frontal, temporal, gigi
Rinore –
post nasal dripping
Udem pipi
(jarang)
Rinitis
alergi
-
Konka media-meatus nasi media-hiperemis
-
Posture test bisa (+)
Palpasi,
transluminasi, x-ray, CT-scan
Terapi
Prinsip =
sinusitis paranasalis + infrared, refraksi IMA
Berulang BSEF
(medial meatal athrostomy)
NEUROSITIS
VESTIBULER AKUT
-
Bisa ditemukan pada dewasa muda
-
Terjadi setelah infeksi
-
Onset tiba-tiba vertigo,
mual, muntah, positional vertigo
-
Nistagmus positional
-
Tes kalori
-
Pengobatan: simptomatik. Antivirus,
rehabilitasi
BENIGN
PAROXYSMAL POSITIONAL VERTIGO
-
Vertigo + nistagmus rotator
-
Perlangsungannya kurang dari 1 menit
-
Vertigo terjadi saat perubahan posisi
kepala, terutama kearah yang sakit
-
Patologi
Teori
kanalolitiasis
-
Terapi
Reposisi
kanalis metode “epley”
LABIRINTITIS
-
Pathogenesis
Otogenik
: OMSK, mastoiditis
Non
otogenik : meningogenik, iatrogenic
-
Pembagian
1.
Labirintitis sirkumskripta
Gejala: vertigo (bila terjadi perubahan tekanan ME,
nistagmus, tuli konduktif
Tes fistula (+)
2.
Labirintitis purulenta
Timbunan nanah pada labirin sehingga merusak sel
sensoris
Gejala: vertigo (kontinyu), nistagmus spontan, pasien
selalu berbalik diri ke sisi yang sakit.
Tuli sensoris motoris
Kanal
paresis (tes kalori..
-
Terapi:
Mastoidektomi
radikal jika kausa otogenik
Antibiotic
dosis ringan
DEVIASI
SEPTUM
-
Septum normal midline divide
nasal cavity
-
Etiologi
Traumatic
Intrauteri
Perinatal
Kecelakaan
|
-
Tipe
Cartilaginous
site-bong site
Mild,
moderate & severe deviation
C form
S form
Spine
dan spur forming
|
-
Sign
and symptom
Mainly
nasal obstruction
uni/bilateral
Headache
vacuum/pressure
Paranasal
sinus ostia obstruction
Epistaksis
Compensatory
inferior nasal turbinate hypertrophy
|
||
-
Diagnosis
Rhinoskopi
anterior
Nasal
endoskopi
-
Komplikasi
Sinusitis
paranasalis
Perdarahan
nasal
Compensatory
inferior nasal turbinate
|
-
Penanganan
Tidak
ada gejala no operasi
Sub
mucosal resection komp.
Saddle nose
Septoplasty/reposisi
septum
Funchional
septal correction surgery
Turbinektomi
|
|||
HEMATOMA
SEPTAL
-
Biasanya bilateral
Etiologi
-
Trauma & iatrogenic
-
Hematoma/darah diantara cartilage/tulang
septal
Gejala
-
Total bilateral obstruction/panic
-
Nasal pain: >abses
-
Sakit kepala
-
Smelling loss
-
Sub febris
(tekan untuk membedakan)
Diagnosa:
palpasi, rinoskopi anterior
|
Terapi
-
Insisi satu sisi septum
drainase dan evaluasi darah/pus
-
Jika bilateral, insisi pada tempat beda
-
Nasal packing
-
Antibiotic oral sensitive terhadap
staphylococcus
Komplikasi
-
Abses Septum
-
Saddle nose
-
Septal perforation
-
Septal fibrosis
-
Thrombosis sinus cavernosus (septal abses)
|
ABSES
SEPTAL
Etiologi:
trauma
Gejala:
obstruksi
hidung progresif + nyeri berat di puncak hidung, demam, sakit kepala
Terapi:
insisi,
drainase, + antibiotic dosis tinggi, demam
antipiretik
Komplikasi:
perforasi seprum, saddle nose, intrakranial, septicemia
SEPTAL
PERFORATION
-
Sering trauma
& iatrogenic
-
Abses septum
Infeksi: sifilis,
TB, lepra
Tanda
-
Iritasi hidung
-
Whistling
-
Epistaksis
-
Nasal foetore
-
Perforasi ukuran besar
hyponasality
Diagnosis
Rinoskopi anterior
|
Penanganan
-
Kecil no
problem no surgery
-
Nasal irrigation
-
Hidung tersumbat > 2 hari susah
menutup
Penutupan
dengan sliding mucosal flaps
|
artikel yang sangat menarik dan bermanfaat, makasih banyak...
BalasHapushttp://www.tokoobatku.com/obat-herbal-penyakit-sinusitis/