Selasa, 28 Mei 2013

ILMU penyakit THT


Catatan THT

SERUMEN
ê   Secret kelenjar sebacea dan apokrin pada pars kartilagenis
ê   Tipe basa dan kering
ê   Fungsi proteksi - efek bakterisidal
ê   Membersihkan serumen, tergantung tipe
ê   Bisa suction
ê   Hindari irigasi pada perforasi
ê   Air jangan terlalu panas dan dingin (suhu kamar)
ê   Serumen keras karbogliserin 10% 3 hari

INFEKSI TELINGA LUAR
FURUNKEL/SIRKUMSKRIPTA
ê   Infeksi batas tegas
ê   Pars kartilagenis MAE (1/3 luar)
ê   Dimulai dari folikel pilosebaceus
ê   Etiologi: S. aureus, S. albus
ê   Kondisi baik
ê   Nyeri tekan tragus, nyeri tarik aurikel (khas), nyeri ketika membuka mulut
ê   Furunkel besar gangguan pendengaran
ê   Nyeri hebat tidak sesuai dengan besar bisul
ê   Terapi: bila sudah terbentuk abses dapat dipecahkan dengan jarum
ê   Antibiotic, analgesic
FLEGMON/DIFUS
ê   Etiologi: pseudomonas (sering)
ê   2/3 dalam
ê   Cuaca panas dan lembab
ê   Gejala Klinis
ê   Nyeri tekan tragus
ê   Edema sebagian besar dinding MAE
ê   Secret minimal
ê   Terapi: bersihkan telinga, masukan tampon
HERPES ZOSTER OTICUS
ê   Tanda khas: multiple herpetic vesicle
ê   Ganglion geniculatum
ê   Aurikel, MAE, m. tympani
ê   Kasus berat: gangguan pendengaran (tuli sensorineural), paralisis facialis
ê   Bisa disebut sindrom ramsay hunt
ê   Pengobatan : simptomatik


Penyakit telinga---- telinga tidak boleh basah

MIRINGITIS BULLOSA
ê   Biasanya muncul bersamaan dengan influenza (khas)
ê   Anak-anak sering
ê   Tuli konduktif
ê   Otoskopi: ada bula, hiperemis, basah
ê   Nyeri hebat
ê   Beberapa hari, bula kering dan sembuh tanpa komplikasi
ê   Terapi hanya berupa toilet telinga dan kontrol, atasi kejang serta analgesic
ê   Antibiotic untuk cegah infeksi sekunder




OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT
ê   Radang telinga tengah oleh infeksi bakteri
ê   Mikro: H. Influenza, S. pneumonia
Masuk kavum tympani melalui
ê   Tuba auditiva anak-anak
ê   M. tmpani perforasi/rupture dewasa
ê   Hematogen

Patologi
1.       Stadium Hiperemis (Stadium pre-supurasi)
ê   Otalgia
ê   Rasa penuh dalam telinga oklusi tuba
ê   Demam
ê   Hearing : nearly normal
Otoskopi injeksi pembuluh darah membran tympani sekitar manubrium malei, tepi pars tensa dan pars flacida

2.       Stadium eksudasi
ê   Otalgia + demam bertambah
ê   Pendengaran terganggu
ê   Pada bayi: muntah, kejang, meningismus
ê   Nyeri tekan mastoid
Otoskopi membran tympani bombans, hiperemis
x-ray mastoid selulae Mastoid kabur
foto harus kiri dan kanan
3.       Stadium supurasi
ê   Otorhea (serosanguinolen mukopurulen)
ê   Otalgia berkurang
ê   Demam (+/-)
ê   Pendengaran makin berkurang
ê   KU membaik
Otoskopi: perforasi kecil

4.       Stadium Koalesen/mastoiditis
ê   Aditu ad antrum
ê   Otalgia biasanya nocturnal
ê   Demam (+/-)
ê   Nyeri tekan mastoid/tanda abses (+)
ê   Otore > 2minggu curiga mastoiditis
Otoskopi MAE sempit o/k dinding post-sup “sagging”/jatuh


5.       Stadium komplikasi
Komplikasi intra temporal
Komplikasi intrakranial
ê   Mastoiditis
ê   Petrositis
ê   Labirintitis
ê   Abses retroaurikuler
ê   Paresis N. VII
ê   Abses bezold
ê   Abses cittelli
ê   Thromboflebitis sinus sigmoid
ê   Abses perius
ê   Abses subdural
ê   Abses otak
ê   Meningitis
ê   Abses epidural
ê   Hidrosefalus otitis
ê   OMSK

6.       Stadium resolusi
ê   Otore berkurang/tidak ada
ê   Pendengaran membaik normal
Otoskopi perforasi kecil menutup

Terapi:
ê   Antibiotik: perhatikan resistensi kuman
ê   Simptomatik: anti piretik
ê   Nasal dekongestan/terapi alergi
ê   Operasi miringotomi u drainase
ê   Mastoidektomi pada stadium koalesen dan stadium komplikasi (mastoidektomi simplex)

Otolaringo referral
ê   Failed medical therapy
ê   Hearing loss (≥ 20 db)
ê   Tympanic membrane charge
ê   Mastoiditis
ê   Persisten ear discharge
ê   Komplikasi intrakranial

OTITIS MEDIA NEKTOTIKAN AKUT
ê   Pada bayi dengan infeksi akut, demam scarlet, campak, pneumonia, influenza
ê   Gejala klinis = OMS akut, kecuali
a.        Perforasi spontan lebih awal
b.       Otore mukoid + foe tor gejala otore > dini
c.        Ketulian > berat
ê   Sekuele
a.        Perforasi membrane tympani yang luas
b.       Sembuh dan tertutup sikatrik tipis
c.        Sembuh dan hilangnya bagian osikula
d.       Perforasi menetap
e.       Perforasi sentral, otore mukoid

Otitis media berulang curiga karsinoma nasofaring

OTITIS MEDIA VIRAL
ê   Etiologi: virus common cold
ê   Patologi: silia sel mukosa hilang, produksi mucus bertambah, oklusi tuba otitis media serosa
ê   Komplikasi: infeksi sekunder oleh bakteri
ê   Terapi: simptomatis, antibiotic u/ cegah infeksi

OTITIS MEDIA ALERGIKA
ê   Reaksi alergi pada mukosa telinga tengah:
    Mukosa tuba eustachius otitis media serosa
    Edema mukosa tuba

OTITIS MEDIA TB KRONIS
ê   Khas perforasi > 1 (multipel) + tuli progresif, berat
ê   Suspek: OM. TBC OM kronis yang tidak responsive terhadap terapi rutin/penyakit TB + infeksi kronis telinga
ê   Terapi: obat TB

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS

Tipe benigna
Tipe maligna
Gejala
ê   Otore mukoid/mukopurulent,
ê   gangguan pendengaran
ê   Tidak terdapat kolesteatoma
ê   Perforasi sentral (kecil-luas/total)
ê   Letak perforasi pada pars tensa
ê   Tidak mengenai tulang
ê   Mukosa kavum timpani : hiperemis, tebal
ê   Dapat terjadi infeksi akut eksaserbasi
ê   Terdapat kolesteatoma
ê   Perforasi luas : marginal, post-sup, atik, total
ê   Letak perforasi pada pars flacida
ê   Mengenai tulang
Terapi
Antibiotic (gol. Penisilin)
Gangguan fungsi tuba kausal
Operasi mastoidektomi radikal u/
1.        Hentika erosi tulang
2.       Antrum + selula & kavum tympani dihubungkan dengan meatus eksterna, menjadi 1 rongga besar, kering inaktif

KOLESTEATOMA
ê   Karakteristik : epidermoid cyst
ê   2 tipe
1.        Kolesteatoma kongenital
2.       Kolesteatoma akuisita
a.        Primer : terbentuk didahului ol perforasi m. tympani
b.       Sekunder : setelah adanya perforasi m. tympani
3.        Sifak erosive pada tulang
Diagnosis
ê   Serpihan putih mengapung pada air bilasan
ê   Perforasi khas: atik, marginal, post-sup
ê   X-ray mastoid: daerah radiolusen (+)
ê   Otore foetore, tuli berat, “unresponsive therapy, komplikasi (+)
ê   Jaringan granulasi/polip pada kasus OMSK

Atik (occult cholesteatoma)—Tensa (tensa cholesteatoma)
 Flacida (flacida cholesteatoma)
PENYAKIT INFEKSI HIDUNG
HIDUNG LUAR
1.       SELULITIS
ê   Sering mengenai puncak dan batang hidung, perluasan furunkel pada vestibular nasi
ê   Penyebab: Streptococcus, staphylococcus
ê   Infeksi: edema, kemerahan, sangat nyeri
ê   Terapi: antibiotic dosis tinggi (sistemik)

2.       VESTIBULITIS
ê   Infeksi pada kulit vestibulum nasi
ê   Karena Iritasi:
    Secret dari rongga hidung (rhinitis, sinusitis, benda asing)
    Trauma (dikorek-korek)
ê   Furunkel potensial berbahaya menyebar ke v. facialis & v. oftalmica tromboflebitis sinus cavernosum
ê   Jangan dipencet/insisi, kecuali sudah terbentuk abses
ê   Infeksi spesifik: lepra, sifilis, tuberculosis
ê   Terapi: antibiotic dosis tinggi

RINITIS  ALERGI  (RA)  =  “ALLERGIC RHINITIS”

Definisi (Von Pirquet 1906) : 
RA adalah penyakit inflamasi  pada mukosa hidung yang disebabkan reaksi alergi dengan dilepaskannya mediator kimia, ketika terjadi paparan ulang dengan alergen spesifik, pada pasien atopi yang sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama sebelumnya.
ARIA WHO 2001 (Allergic Rhinitis and Its Impact on Asthma)
Allergic Rhinitis is clinically defined as symptomatic disorders of the nose induced after allergen exposure by an IgE mediated inflammation of the membrane lining the nose.
                                               
Ggn kualitas hidup  º RA
   Sering pada usia produktif
   Cost : USA : $ 3,5 milyar/thn blm termasuk komplikasi
   Mudah kambuh º kronik º komplikasi
   Faktor berperan :
§  Genetik
§  Lingkungan : Alergen & Non alergen
§  Sistem imun
§  Kebugaran

Berdasarkan cara masuk alergen:
   INHALAN (udara pernapasan) - debu rumah, tungau, human dander, jamur, bulu hewan
   INGESTAN (makanan)– susu, telur,kacang tanah, udang, dll.
   INJEKTAN (suntikan atau tusukan) – penisilin, sengatan lebah
   KONTAKTAN (kontak kulit atau mukosa) – bahan kosmetik, perhiasan

Untuk terjadinya RA ada 2 faktor penting yaitu:
   Sensitivitas pada alergen (atopi) biasanya herediter
   Kontak ulang dengan alergen (lingkungan)

Faktor PREDISPOSISI  :
1.        Genetik         
2.       Infeksi - sinusitis - asma
   Umur
   Kondisi sosial ekonomi dan kebugaran
   Pekerjaan
   Polusi udara atau asap rokok
   Konsentrasi alergen
3.        Musim – iklim, suhu, lembab, tekanan udara
4.       PSIKIS    1        ALERGI !
Patofisiologi Rinitis Alergi
1.       Tahap Sensitisasi:
   Kontak I tubuh akan membentuk IgE spesifik
   IgE spesifik menempel pada permukaan sel mastosit dan basofil yang mengandung granul
   Sensitization & IgE production

2.       Tahap Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC)
Paparan ulang alergen spesifik
Degranulasi mastosit
§  Histamin (efek utama)
§  Serotonin
§  ECF-A, NCF-A
§  Prostaglandin D2 (PGD2)
§  Leukotrient C4 (LTC4)
§  PAF, dll
Histamin sebagai efektor utama
   Rangsang saraf Vidianus º  gatal dan bersin
   Hipersekresi kelenjar   º    rinore
   Vasodilatasi dan permeabilitas kapiler  meningkat    º     Obstruksi nasi
   Terjadi dalam beberapa menit dan puncaknya sampai 30 menit – 1 jam


3.       Tahap Reaksi Alergi Fase Lambat (RAFL)
          30-40% penderita RA
          2-4 jam setelah paparan, puncak 6-8 jam dan berakhir 24 jam atau 48 jam kemudian
          Gejala obstruksi nasi, bersin dan rinore
          Dalam mukosa hidung:
ü  Sel inflamasi
ü  IL-3, IL-4 dan IL-5
ü  ICAM-1

KLASIFIKASI
Klinis ( perlangsungan )  :
   RA musiman (Seasonal, hay fever, pollinosis)
   RA sepanjang tahun ( Perennial )
                                 
ARIA – WHO 2001 (Allergic Rhinitis and its impact on asthma) membuat klasifikasi baru dengan menggunakan parameter lamanya gejala dan  beratnya gejala.
   Durasi (lamanya gejala)
          Intermitten
          Persisten
   Derajat berat penyakit
          Ringan
          Sedang-berat

RA  MUSIMAN
c  Periodik – musiman -- Eropa (musim semi) – Indonesia (-) ?
c  Penyebab – pollen, spora jamur, bunga, rumput (Out door Allergen)
c  Semua umur -- mulai anak / dewasa muda
c  Berat-ringan berbeda dari tahun ke tahun !
Ê  Sebagai rinokonjuntivitis ! AKUT !!
Ê  Gejala mata – mata merah, gatal, lakrimasi
Ê  Gejala hidung   – Gatal + bersin paroksismal (> 5x)
   Obstruksi nasi
   Rinore encer – profus
   Rinoskopi / nasoendoskopi
o    mukosa edema, hiperemis, pucat / livide
o    sekret encer
                                SEKRET banyak EOSINOFIL !      

RA PERENIAL
§  Intermiten / terus menerus !
§  Alergen  utama inhalan (dewasa) – ingestan (anak)
§  Alergen utamanya biasanya “Indoor Allergen”, misal debu rumah, jamur, binatang peliharan
§  Faktor nonspesifik – iritasi asap – bau merangsang                         > berat
§  Semua umur – terbanyak anak – dewasa muda
                                                     – lansia  ê
                                Sex – Ras – Etnik tidak berpengaruh !                
§  Gejala mirip RA musiman tapi lebih ringan dan lebih persisten sehingga komplikasi lebih sering



     


DIAGNOSIS RA
    ANAMNESIS :
   Riwayat atopi dalam keluarga penting!
   Gejala alergi dan non alergi
   Onzet, progressi dan beratnya gejala
   Durasi
   Hubungan dengan musim
   Gejala mata, faring dan sistemik
   Adanya kelainan sinus dan telinga
   Faktor penyebab dan yg memperberat

PEMERIKSAAN PENUNJANG
v  IN VIVO :
Ø  TES KULIT:Scratch test, Prick test,,Intra dermal test Dan SET ( Set Endpoint Titration )
Ø  Nasal Provocation Test
v  IN VITRO
Ø  Nasal cytologi
Ø  Kadar Ig E : Total Dan Spesifik
v  RADIOLOGI
Ø  Foto polos : Waters,Cald Well dan  lateral
Ø  CT Scan Sinus paranasalis posisi coronal

    PEMERIKSAAN FISIK
   Rinoskopi anterior dengan memakai lampu kepala atau dengan endoskop :
-          Mukosa hiperemis, pucat, livide ( Khas )
-          Rinore seperti air, serous, mukus
-          Edema atau hipertropi konka
-          Dapat ditemukan massa polip
   GEJALA LAIN BERUPA :
-          Mouth breathing
-          Allergic salute
-          Nasal crease
-          Allergic shiners
-          Frontal headache
-          Hiposmia
-          Gejala mata

SET  “ Skin Endpoint Titration “
   Untuk INHALAN  ( pelbagai kepekatan ! )
   Keuntungan 
o    menentukan jenis Ag
o    menentukan derajat alergi
o    menentukan dosis inisial imunoterapi
INGESTAN – Uji kulit tidak akurat !
                    – Diet eliminasi dan provokasi  (“challenge test”)

TERAPI
  1. IDEAL – “Avoidance dan Elimination”
  2. Medikamentosa 
   antihistamin / dekongestan
   kortikosteroid sistemik              
   topikal (TETES + SEMPROT)
-          antihistamin
-          vasokonstriktor
-          kortikosteroid
  1. Kaustik khemis ( konka inferior)
  2. Operatif – konkotomi media-inferior
  3. Imunoterapi
-          Desensitisasi-hiposensitisasi ( Imunoterapi )
alergi inhalan berat & kronik !!
-          Netralisasi - Alergen ingestan !  




MEDIKAMENTOSA
Avoidance
Kunci keberhasilan, tp susah
   Tungau DR
ü  Kasur,bantal º busa
ü  Sprei/selimut º cuci teratur (1x/minggu), siram air panas, jemur matahari
ü  Lantai non karpet
ü  Perabot jangan berukir
ü  Mainan berbulu (–)
ü  Pakai masker º lap basah, sedotan debu
   Anjing & kucing
ü  Jgn pelihara dlm rumah
   Kecoa :
v  Bersihkan rumah
v  Bisa dengan bahan kimia
   Jamur dlm rumah :
v  kelembaban
v  Bersihkan
   “Out door Allergen” (pollen,tepung sari):
v  Tutup jendela pd saat musim
v  Pakai masker/kacamata
v  Oral/intra nasal (IN)
v  Keuntungan IN :
*       Dpt konsentrasi # dgn efek sistemik $
*       Bbrp obat hanya untuk IN
*       Onset kerja cepat
v  Kerugian IN :
*       Distribusi tdk optimal
*       Jika asma + konjungtiva  º hrs diberikan bersamaan
*       Efek samping bisa :epistaksis,perforasi septi  º tapi jarang
*       Obstr nasi total º tdk bisa
*       Kepatuhan > rendah drpd oral º edukasi

OBAT-OBAT YANG DIBERIKAN
4  Antihistamin (AH1)
v  Generasi lama :kurang disukai,kurang selektif,efek sedasi (+), antikolinergik (+)
Contoh : diphenhydramin, prometazin, triprolidin
v  Generasi baru : potensi besar, long acting (+),sedasi (±)
Contoh : Cetirizine, Levocetirizine, Fexofenadin, Loratadine
Anti Histamin Generasi Baru (AHGB) :
v  akumulasi eosinofil
v  pelepasan mediator mastosit/basofil
v  migrasi eosinofil ok º ekspresi ICAM-1
v  kadar kemotaktik
v  produksi IL-6
4  Dekongestan (Oral/Topikal)
F  Vasokonstriksi oleh “ a adrenergik reseptor”
F  Topikal :
Ø  Oxymetazolin
Ø  Xylometazolin
Ø  Fenilefrin
Ø  Pemberian lama  º  R.Medikamentosa
F  Oral :
Ø  Ephedrin, pseudoephedrin, fenilefrin, fenilpropanolamin
Ø  Gejala obstruksi nasi
Ø  Efek samping sistemik
Ø  Kombinasi dgn AH 1
4  Anti kolinergik topikal
ü  Ipratropium Bromida menghambat stimulasi parasimpatis (anti kolinergik)
ü  Diberikan pd RA dgn rinore yg menonjol
ü  Efek samping ringan, sistemik (–)
4  Anti Leukotrien
ü  Diberikan pd RA dg gejala obstruksi nasi menonjol
ü  Kombinasi dg AH1
4  Kromolin lokal
ü  Mekanisme blm jelas
ü  Intra okuler sangat bermanfaat dibanding intra nasal
4  Kortikosteroid (Glukokortikosteroid)
v  Anti inflamasi alamiah
v  Cara kerja: berikatan reseptor glukokortikosteroid dlm sitoplasma    menembus membran inti         mempengaruhi DNA º tdk terbentuk m RNA
v  Intra nasal & sistemik

Imunoterapi Spesifik Alergen
Ø  Intervensi  # sistem imun
Ø  Definisi : cara pengobatan pd Rx Alergi type I dgn memberikan sejumlah alergen dimulai dgn dosis kecil dinaikkan secara bertahap & berulang dlm usaha untuk mengurangi gejala.
Ø  Berhubungan dgn “Blocking antibody” yaitu Ig G yg akan menangkap alergen sblm diikat oleh Ig E

Imunoterapi Spesifik Alergen
v  $ Gejala 80 %. Sembuh 15 % kasus
v  Kendala :
Lama (2-3 tahun)
Biaya (terutama awal terapi)
v  Manfaat : umumnya konsumsi obat (-)

PEMBEDAHAN
4  Jika ada komplikasi
v  Sinusitis
v  Polip
v  Konka hypertrofi
4  Dpt dilakukan : konkotomi, CWL, FESS, Septoplasti
4  Rasional tp tdk menghilangkan alergi
KOMPLIKASI  :
  1. Polip hidung  ( penyebab-perburuk )
  2. OM berulang  (terutama pada anak - 2)
  3. Sinusitis paranasalis – gangguan drenasi - ventilasi
RINITIS VASOMOTOR
          Sinonim   : 
-          Vasomotor Instability
-          Vasomotor catarrh
-          Non Specific Rhinitis

          Definisi  :
Suatu Ggn Fisiologik Lapisan mukosa hidung yang disebabkan bertambahnya aktivitas parasimpatis
-          Istilah rinitis kurang tepat karena lebih cenderung memberi  pengertian peradangan daripada suatu  ggn fungsi
-          Mirip Rinitis alergi perenial

          Patofisiologi
-          Pada keadaan normal: Terdapat keseimbagan Simpatis  & Parasimpatis
-          Bgmn saraf otonom bekerja ?
Diduga hipotalamus (sebagai pusat integrasi )
Menerima berbagai impuls afferen termasuk rangsang
Emosional dari pusat yang lebih tinggi

          Faktor-faktor  yang menyebabkan gangguan keseimbangan vasomotor:
  1. Obat yang menghambat saraf simpatis
                (Simpatolitik):
-          Ergotamin ( alkaloid ergot)
-          Methyl dopa (Antihipertensi)
-          Chlorpromazine
  1. Faktor fisik:
-          Iritasi asap rokok
-          Udara yang dingin (ekstrim)
-          Kelembaban yang tinggi
-          Bau yang merangsang (Iritasi)
3.        Faktor endokrin:
-          Keadaan hamil, menstruasi
-          Hipotiroid
4.       Faktor psikis  :
-          Cemas / neurosis
-          Stres / tegang  ( konflik rumah tangga )
-          Excitement  ( Sexual / emosional )


          Gambaran  klinik                :
-          Obstruksi nasi ( alternating )
-          Rinore ( umumnya mukous /serous)
-          Post nasal dripping
-          Bersin  jarang
-          Tidak gatal
-          Lab (Ig E normal, Skin test (-), Eosinofil normal )      
-          Gejala dapat lebih buruk pd pagi hari
-          Dlm anamnesis penting ditanyakan :
Pengaruh cuaca  º Cenderung rinitis vasomotor


          Pada rinoskopi anterior ditemukan
-           Edema konka
-           Konka berwarna merah gelap atau merah tua ( karakteristik ) tapi dapat pula pucat
-           Pemukan konka bisa  licin atau berbenjol-benjol
-           Sekret serous atau mukous

          Terapi    :
-          Hindari faktor predisposisi
-          Banyak olahraga  diudara terbuka
-          Simptomatik  :
   Dekongestan  ( pseudoefedrin )
   Antihistamin
   Kortikisteroid intra nasal 
   Vidian neurektomi




RINITIS MEDIKAMENTOSA
          Ggn respons normal vasomotor sbg akibat pemakaian obat vasokonstriktor topikal (obat tetes hidung) dalam waktu lama dan berlebihan (Drug abuse)
          Obat vasokostriktor topikal (Gol simpatomimetik) š Pemakaian lama š Ggn siklus nasal :
-          Vasodilatasi/ kongesti beulang
(Rebound vasodilatation/ congestion)
-          pH hidung berubah
-          Akifitas silia teranggu
-          Sel goblet berubah ukuran
-          Membrana basalis menebal
-          Pembuluh darah melebar
-          Stroma tampak edema
-          Hipersekresi Kel.mukus
-          Lap.submukosa dan periostium menebal  
          Syarat vasokonstriktor topikal  :
1.        pH   : 6,3 – 6,5
2.       Pemakain tidak lebih dari 1 (satu) minggu
3.        Harus isotonik

          Gejala Dan Tanda
-          Obs.nasi terus menerus dan berair.Tampak edema konka + sekret.
-          Tes dengan adrenalin/ efedrin topikal š edema konka tidak berkurang

          Terapi
-          Hentikan segera pemakaian obat vasokonstriktor topikal
-          Kortikosteroid ( tapering off )
-          Obat dekongestan oral (Pseudoefedrin)
          Setelah 3 minggu tidak ada perbaikanš Rujuk ke THT

POLIP NASI (POLIP HIDUNG)
          Definisi  :
Massa lunak berbentuk kantong, warna putih pucat, keabu-abuan atau kekuning-kuningan (seperti buah langsat/dukuh) yang berisi cairan interselluler dan dindingnya terdiri jaringan fibriler.

          Etiologi
-          Alergi
-          Infeksi

          Patogenesis
1.        OH NISHI (ORANG JEPANG)
“Poor vascularity” (o/k ggn vaskuler mukosa hidung akibat obstr. mekanis)
2.       LARSEN
“Epithelial Rupture Theory”
3.        LINDSAY GRAY (1967)
Perubahan aliran udaraš misalnya penguncupan(konstriksi) š deviasi septi(Hk. Bernoulli)
Pada tingkat awal edema mukosa  ( terutama di daerah meatus medius ) š Pe tek. jaringan menyebabkan nekrosis epitelš prolaps jaringan fibreus kmd stroma  akan terisi cairan interselluler š kmd beransur-angsur terjadi epitelisasi š Membentuk kantung (polip kecil) š pengaruh  gravitasi + kongesti aliran darah balik  š POLIP

          Patologi
-          Makroskopis                :
Mukosa licin dgn warna pucat (sering), kadang translusen, putih opak, kekuningan, merah mudah, tidak nyeri tekan, tidak mudah berdarah, dan movable, konsistensi lunak atau sedikit padat
-          Mikroskopis :
Hanya sebagian mukosa yang edema & hipertropi diliputi epitel torak bersilia, stroma fibriler + rongga besar berisi cairan interselluler, penimbunan sel-sel limfosit, plasma dan eosinofil

          Gambaran Klinik
-          Obstr. nasi
-          Rinore encer / mukopurulen
-          Hiposmia / sefalgia
-          Rinolalia oklusa
-          Deformitas hidung luar ( polip besar)
          Insiden menurut umur:
-          Polip etmoidal š segala umur
-          Polip antral / antrokoanal š Umur muda (dewasa muda, anak-anak ( jarang).

          Sumber / lokasi polip  :
1.        Dinding depan sinus etmoidalis (Kompleks Ostio Meatal) pada meatus nasi media
2.       Sinus maksillaris š biasanya soliter, tangkai panjang
3.        Sinus etmoidalis š biasanya multipel
4.       Konka media
5.        Sinus frontal, Sfenoid, dllš jarang

          Diagnosis
-          Anamnesis
-          Pem.fisis + Pem.THT :
Rinoskopi anterior dan posterior
-          Radiologisš X-Ray sinus paranasalis  
(Posisi Waters, Lateral & CaldWell)

          Diff. Diagnosis    
-          Hipertrofi / edema konka nasalis
-          Tumor jinak kavum nasi
-          Tumor ganas Kav.nasi/ sinus paranasalis.

          Terapi             
1.        KONSERVATIF
Polip yg masih kecil dpt di obati dengan kortikosteroid  :
-          Sistemik (oral)
-          Topikal
2.       OPERATIF
Untuk polip yg sudah besar  :
a.        POLIPEKTOMI SIMPLEKS
-          Dgn senar polip
-          Polip forcep
b.       Etmoidektomi (Intranasal, transantral )
c.        CWL (Cald Well-Luc OP) š Sub labial approach
d.       F.E.S.S. / B.S.E.F.
(Functional Endoscopic Sinus Surgery)

          Residif o/k  :
-          Teknik operasi tidak adekuat
-          Faktor pertumbuhan polip misalnya alergi perlu diatasi



EPISTAXIS
Epistaxis Anterior
·         90% (Little’s Area) Kisselbach’s plexus - usually children, young adults
·         Etiologies
    Trauma, epistaxis digitorum
    Winter Syndrome, Allergies
    Irritants - cocaine, sprays
    Pregnancy

Epistaxis Posterior
·         10% of all epistaxis - usually in the elderly
·         Etiologies
    Coagulopathy
    Atherosclerosis
    Neoplasm
    Hypertension (debatable)

Epistaxis Management
·         Pain meds, lower BP, calm patient
·         Prepare ! (gown, mask, suction, speculum, meds and packing ready)
·         Evacuate clots
·         Topical vasoconstrictor and anesthetic
·         Identify source

Anterior Sites
-          Pressure +/- cautery and/or tamponade
-          all packs require antibiotic prophylaxis

Epistaxis Posterior Packing
-          Need analgesia and sedation
-          require admission and 02 saturation monitoring

Epistaxis Complications
-          severe bleeding
-          hypoxia, hypercarbia
-          sinusitis, otitis media
-          necrosis of the columella or nasal ala




SINUSITIS PARANASALIS
    tidak jarang
    akibat gangguan drainase + ventilasi sinus paranasalis
    messerklinger

Etiologi
    rhinitis akut
    infeksi faring, gigi
    ….
    Trauma maxillofacial
    Barotraumas
    Benda asing

Factor predisposisi
Lokal: obstruksi

Gejala klinis
    Nyeri sinus
    Rinore
` kental blood stain
`post nasal drip
    Obstruksi nasi
    Cephalgia bisa menentukan lokasi

SINUSITIS PARANASALIS KRONIK
ê   Berhubungan erat dengan rhinitis alergi + vasomotor, 2/3 kasus “chronic allergy”, vasomotor, rhinosinusitis
ê   Terapi optimal
ê   Terdiri dari
1.        SP kronik tipe I: simple chronic infectious sinusitis
2.       SP kronik tipe II: mixed infective allergic vasomotor kronik

SP kronik Tipe I
ê   Alergi + vasomotor instability
ê   Etiologi: serangan akut, rekurensi
ê   Gejala:
    Rinore post nasal drip purulent mukoid
    Obstruksi nasi
ê   Terapi:
    Prinsip = SP akut perbaiki drainase ventilasi SP
    Konservatif: infraksi, punksi/irigasi, IMA
    Radikal: conventional
    Ideal: BSEF

SP Kronik Tipe II
ê   SP kronik tipe I, ada factor alergi
ê   Gejala: cenderung multipan—bilateral sinus paranasalis, rinore (+)
ê   Terapi: tanggulangi alergi
ê   Tanggulangi infeksi
ê   Operasi: conventional simple-radical-external
ê   BSEF



SINUSITIS MAXILLARIS
    Tersering

Pathogenesis
    Rinogen, dentogen, langsung, hematogen/limfogen (jarang)
    Bakteri

Gejala klinis
    Nyeri pipi ke frontal, temporal, gigi
    Rinore – post nasal dripping
    Udem pipi (jarang)
    Rinitis alergi
-          Konka media-meatus nasi media-hiperemis
-          Posture test bisa (+)
    Palpasi, transluminasi, x-ray, CT-scan
Terapi
    Prinsip = sinusitis paranasalis + infrared, refraksi IMA
    Berulang BSEF (medial meatal athrostomy)


NEUROSITIS VESTIBULER AKUT
-          Bisa ditemukan pada dewasa muda
-          Terjadi setelah infeksi
-          Onset tiba-tiba vertigo, mual, muntah, positional vertigo
-          Nistagmus positional
-          Tes kalori
-          Pengobatan: simptomatik. Antivirus, rehabilitasi

BENIGN PAROXYSMAL POSITIONAL VERTIGO
-          Vertigo + nistagmus rotator
-          Perlangsungannya kurang dari 1 menit
-          Vertigo terjadi saat perubahan posisi kepala, terutama kearah yang sakit

-          Patologi
Teori kanalolitiasis

-          Terapi
Reposisi kanalis metode “epley”

LABIRINTITIS
-          Pathogenesis
    Otogenik : OMSK, mastoiditis
    Non otogenik : meningogenik, iatrogenic

-          Pembagian
1.        Labirintitis sirkumskripta
Gejala: vertigo (bila terjadi perubahan tekanan ME, nistagmus, tuli konduktif
Tes fistula (+)
2.       Labirintitis purulenta
Timbunan nanah pada labirin sehingga merusak sel sensoris
Gejala: vertigo (kontinyu), nistagmus spontan, pasien selalu berbalik diri ke sisi yang sakit.
Tuli sensoris motoris
Kanal paresis (tes kalori..

-          Terapi:
    Mastoidektomi radikal jika kausa otogenik
    Antibiotic dosis ringan

DEVIASI SEPTUM
-          Septum normal midline divide nasal cavity

-          Etiologi
Traumatic
    Intrauteri
    Perinatal
    Kecelakaan

-          Tipe
    Cartilaginous site-bong site
    Mild, moderate & severe deviation
    C form
    S form
    Spine dan spur forming
-          Sign and symptom
    Mainly nasal obstruction uni/bilateral
    Headache vacuum/pressure
    Paranasal sinus ostia obstruction
    Epistaksis
    Compensatory inferior nasal turbinate hypertrophy
-          Diagnosis
    Rhinoskopi anterior
    Nasal endoskopi

-          Komplikasi
    Sinusitis paranasalis
    Perdarahan nasal
    Compensatory inferior nasal turbinate

-          Penanganan
    Tidak ada gejala no operasi
    Sub mucosal resection komp. Saddle nose
    Septoplasty/reposisi septum
    Funchional septal correction surgery
    Turbinektomi



HEMATOMA SEPTAL
-          Biasanya bilateral

Etiologi
-          Trauma & iatrogenic
-          Hematoma/darah diantara cartilage/tulang septal

Gejala
-          Total bilateral obstruction/panic
-          Nasal pain: >abses
-          Sakit kepala
-          Smelling loss
-          Sub febris
(tekan untuk membedakan)

Diagnosa: palpasi, rinoskopi anterior

Terapi
-          Insisi satu sisi septum drainase dan evaluasi darah/pus
-          Jika bilateral, insisi pada tempat beda
-          Nasal packing
-          Antibiotic oral sensitive terhadap staphylococcus

Komplikasi
-          Abses Septum
-          Saddle nose
-          Septal perforation
-          Septal fibrosis
-          Thrombosis sinus cavernosus (septal abses)

ABSES SEPTAL
Etiologi: trauma
Gejala: obstruksi hidung progresif + nyeri berat di puncak hidung, demam, sakit kepala
Terapi: insisi, drainase, + antibiotic dosis tinggi, demam antipiretik
Komplikasi: perforasi seprum, saddle nose, intrakranial, septicemia

SEPTAL PERFORATION
-          Sering trauma & iatrogenic
-          Abses septum
Infeksi: sifilis, TB, lepra
Tanda
-          Iritasi hidung
-          Whistling
-          Epistaksis
-          Nasal foetore
-          Perforasi ukuran besar hyponasality

Diagnosis
Rinoskopi anterior
Penanganan
-          Kecil no problem no surgery
-          Nasal irrigation
-          Hidung tersumbat > 2 hari susah menutup
Penutupan dengan sliding mucosal flaps


1 komentar:

  1. artikel yang sangat menarik dan bermanfaat, makasih banyak...

    http://www.tokoobatku.com/obat-herbal-penyakit-sinusitis/

    BalasHapus