A. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Pemeriksaan radiologik mempunyai
nilai yang tinggi dalam menegakkan diagnosis efusi pleura, meskipun tidak
berguna dalam menentukan faktor penyebabnya. Pada foto toraks terlihat
perselubungan homogen dengan batas atas yang cekung atau datar, dan sudut
kostofrenikus yang tumpul; cairan dengan jumlah yang sedikit hanya akan
memberikan gambaran berupa penumpulan sudut kostofrenikus. Cairan berjumlah
kurang dari 100 ml tidak akan terlihat pada foto toraks yang dibuat dengan
teknik biasa. Bayangan homogen baru dapat terlihat jelas apabila cairan efusi
lebih dari 300 ml. Apabila cairan tidak tampak pada foto postero-anterior (PA),
maka dapat dibuat foto pada posisi dekubitus lateral.
Di
bawah ini beberapa pemeriksaan radiologis yang lazim dilakukan :
1)
Rontgen dada : Rontgen dada biasanya
merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang
hasilnya menunjukkan adanya cairan. Efusi pleura didiagnosis berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan di konfirmasi dengan foto thoraks. Dengan
foto thoraks posisi lateral decubitus dapat diketahui adanya cairan dalam
rongga pleura sebanyak paling sedikit 50 ml, sedangkan dengan posisi AP atau PA
paling tidak cairan dalam rongga pleura sebanyak 300 ml. Pada foto thoraks
posisi AP atau PA ditemukan adanya sudut costophreicus yang tidak tajam.
2)
CT scan dada: CT scan dengan jelas
menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau
tumor.
3)
USG dada: USG bisa membantu menentukan
lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan
pengeluaran cairan.
B.
Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi
pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh
cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah
jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh
pembiusan lokal).
C.
Analisa cairan pleura
Bila efusi pleura telah
didiagnosis, penyebabnya harus diketahui, kemudian cairan pleura diambil dengan
jarum, yaitu melalui thorakosentesis. Setelah didapatkan cairan efusi
dilakukan pemeriksaan seperti:
·
Komposisi kimia seperti protein, laktat dehidrogenase
(LDH), albumin, amylase, pH, dan glucose
·
Dilakukan pemeriksaan gram, kultur, sensitifitas untuk
mengetahui kemungkinan terjadi infeksi bakteri
·
Pemeriksaan hitung sel
·
Sitologi untuk mengidentifikasi adanya keganasan
D.
Biopsi
Diagnosis dari Pleuritis TB secara umum
ditegakkan dengan analisis cairan pleura dan biopsi pleura. Biopsi pleura
parietal telah menjadi tes diagnositik yang paling sensitif untuk Pleuritis TB.
Pemeriksaan histopatologis jaringan pleura menunjukkan peradangan
granulomatosa, nekrosis kaseosa, dan BTA positif.
Pada sekitar 20% penderita,
meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura
tetap tidak dapat ditentukan. Biopsi pleura perlu dipikirkan
setelah hasil pemeriksaan sitologik ternyata negatif. Diagnosis keganasan dapat
ditegakkan dengan biopsi pleura tertutup pada 60% penderita. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa biopsi yang dilakukan berulang (dua sampai empat
kali) dapat meningkatkan diagnosis sebesar 24%. Biopsi pleura dapat dilakukan
dengan jarum.
REFERENSI :
1.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K Marcellus S,
Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi V jilid III. Jakarta : Interna Publishing; 2009. p: 2329-31.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar