Charcot foot pertama kali
dideskripsikan oleh Dr Jean Martin Charcot pada tahun 1868 yakni suatu kelainan
sendi berupa arthropati destruktif pada pasien tabes dorsalis. Proses kerusakan
tulang dan sendi tersebut disebabkan oleh neuropati sehingga dikenal sebagai Neuropathic
Arthropati, Charcot’s arthropati, atau Charcot foot.
B. Etiologi
Neuropati perifer
merupakan komplikasi yang mengenai pada sekitar 30% penderita Diabetes Melitus (DM) usia 40
tahun ke atas. DM merupakan penyebab terjadinya Charcot foot yang paling sering walaupun pertamakali
diketahui pada pasien tabes dorsalis. Charcot foot biasanya terjadi pada sendi kaki dan pergelangan
kaki, terutama pada sendi metatarsophalangeal, sendi tarsal, dan sendi talar. Oleh karenanya kita
sebagai klinisi jika menghadapi penderita dengan DM harus mewaspadai potensi
terjadinya komplikasi berupa Charcot foot.
C. Faktor Pencetus
Untuk terjadinya Charcot
foot diperlukan
adanya 4 faktor pemicu yaitu: neuropati perifer, trauma yang tidak disadari,
stress repetitif pada struktur yang cedera, dan peningkatan aliran darah lokal.1
Adanya ketidakseimbangan otot intrinsik disertai peningkatan heel dan
plantar forces menyebabkan loading eksentrik pada kaki menambah potensi
terjadinya mikrofraktur, laksity ligament, dan destruksi tulang yang
progresif.
D. Patogenesis
Patogenesis terjadinya kaki charcot secara pasti masih belum jelas. Ada 2 teori utama yang memperkirakan menjadi faktor penyebab yakni:
1.
Teori
neurotraumatik, yaitu adanya neuropati perifer yang menyebabkan gangguan
proprioseptif berakibat kaki menjadi insensitif sehingga rentan terhadap trauma
dan stress mekanik. Selanjutnya kaki mengalami inflamasi, dengan adanya
mikrotrauma berdampak respon inflamasi yang menyebabkan peningkatan resorpsi
tulang, sehingga berpotensi fraktur dan terjadi kerusakan sendi.
2.
Teori
neurovaskuler, teori ini menerangkan bahwa kerusakan pada pusat pengatur tropik
dari sistem saraf menyebabkan perubahan pada kontrol simpatis. Akibatnya
terjadi peningkatan aliran darah ke tulang dan peningkatan resorpsi tulang
sehingga menimbulkan osteopenia. Tulang yang osteopenia menjadi lemah dan lebih
mudah fraktur.
E. Klasifikasi
Sistem Brodsky membedakan Charcot foot menjadi 4
tipe berdasarkan
letak anatominya, yaitu:
1.
Tipe
1 : destruksi pada sendi tarsometatarsal / Lisfranc’s
2.
Tipe
2 : mengenai hindfoot
3.
Tipe
3a : mengenai sendi ankle
4.
Tipe
3b : mengenai kalkaneus bagian posterior
5.
Tipe 4 : mengenai beberapa regio kaki)
dan
6.
tipe 5 : mengenai forefoot
Eichenholtz menyusun
sistem staging untuk Charcot arthropaty berdasarkan
gambaran klinis dan radiologis agar dapat menentukan terapi yang tepat
dan menentukan prognosis pasien. Terapi operatif efektif dilakukan pada awal stadium 1 atau stadium 3
lanjut.
STADIUM
|
KARAKTERISTIK
|
Stadium 0
( at risk
stage)
|
Neuropati perifer,
sprain atau fraktur akut pada ankle
|
Stadium 1
(fase akut/ development)
|
Tanda tanda inflamasi akut, radiologis tampak efusi sendi, fragmentasi
tulang, dan subluksasi sendi
|
Stadium 2
(fase subakut/coalesent)
|
Udema, kemerahan, dan hangat mulai berkurang. Radiologis tampak tulang
sklerotik di sekitar sendi, resorpsi debris intraartikuler, dan fusi dari
fragmen tulang.
|
Stadium 3
(fase rekonstruksi)
|
Resolusi inflamasi, radiologis tampak remodeling
tulang dan reformasi arsitektur sendi.
|
F. Diagnosis
Diagnosis Charcot foot dibuat
berdasarkan gambaran klinis, termasuk adanya defisit sensoris, ditambah dengan
bukti penunjang berupa gambaran radiologis yang mendukung.
Ada 2 bentuk klinis Charcot foot yaitu:
1.
Arthropati
neuropati akut yaitu bentuk charcot joint resorptif atau atropi.
Perjalanan penyakit berlangsung cepat (beberapa minggu), sendi yang terkena
terasa nyeri, tampak bengkak, hangat, dan eritematous. Bentuk ini umumnya
mengenai sendi non weight-bearing, dan sering didiagnosis sebagai
infeksi atau tumor. Untuk membedakan antara proses Charcot
foot dengan infeksi digunakan tes dari
Brodsky. Pasien diposisikan supine, tungkai yang terkena dielevasikan 5-10
menit. Jika udem dan rubor/kemerahan menetap maka dicurigai sebagai infeksi,
dan jika berkurang dicurigai sebagai Charcot foot. Pada
gambaran radiologis akut tampak udema jaringan lunak di sekitar sendi, resorpsi
tulang yang berbatas tegas dengan daerah yang intak, dan debris tulang di
sekitar area yang diresorbsi.
2. Pada gambaran kronik didapatkan
formasi masif tulang periartikuler, osteofit-osteofit besar, dislokasi dan
fragmentasi tulang, subliksaisi sendi, fraktur patologis, dan kombinasi antara
resorpsi dan eburnasi tulang.
G. Penatalaksanaan
1.
Regulasi gula darah. Kondisi-kondisi
yang menyebabkan neuropati perifer harus dikoreksi jika memungkinkan untuk
mencegah progresifitas. Misalnya
dengan mengatur kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus.
2.
Imobilisasi. Imobilisasi dini dan joint
offloading sangat penting pada fase awal charcot joint. Total contact
cast adalah gold standar untuk imobilisasi. Tujuannya adalah untuk
mengontrol dan mengurangi udema, menjaga stabilitas sendi, dan melindungi
jaringan lunak. Secara umum imobilisasi dan non weight bearing
dilakukan selama 3 bulan, diikuti oleh periode protected weight bearing
3.
Orthosis. Diberikan untuk mengurangi beban pada
kaki dan mengurangi tekanan pada plantar kaki. Ortosis yang sering digunakan
adalah Patellar Tendon brace. Sepatu custom molded juga perlu
diberikan. Pemeriksaan
kondisi kulit harus selalu dilakukan untuk mencegah ulkus.
Manajemen ortosis
untuk kaki diabetes menurut American Academy of Orthotists and Prosthetists
dibedakan menjadi 3 kondisi, yaitu :
·
Kaki
diabetes iskemia, ditandai oleh adanya lepuh kecil yang progresif menjadi ulkus
yang nyeri, biasanya didapatkan pada daerah penonjolan tulang. Pada fase ini
diberikan terapi antibiotik, debrideman lokal, dan AFO atau sepatu modifikasi
untuk mengurangi tekanan lokal.
·
Ulkus
neuropati, ditandai oleh adanya ulkus yang tidak nyeri dan biasanya dibatasi
oles kalus yang tebal. Lesi ringan sampai sedang biasanya bisa ditangani secara
konservatif dengan perawatan luka yang baik dan menghilangkan (unloading)
beban pada sendi dengan kruk, cast (gips) atau modifikasi sepatu atau ortotik.
Lesi yang berat memerlukan eksisi bedah atau koreksi penonjolan tulang yang
menyebabkan ulkus, dilanjutkan pemberian orthotik dan sepatu setelah ulkus
sembuh untuk mencegah terjadinya ulkus kembali. Follow up secara regular juga
perlu dilakukan.
·
Arthropati neuropatik atau Charcot foot.
·
Pada fase aktif, sendi harus segera dilindungi
dari weight bearing yang berlebihan.
·
Pada
kasus yang berat, dimana terjadi Charcot foot bilateral, pasien harus di bedrest kan.
·
Pada
kasus yang ringan, dan hanya terjadi unilateral, diberikan alat bantu kruk pada
sisi kontralateral
·
Fraktur
non displaced pada forefoot biasanya cukup diberikan sepatu atau
sandal dengan rocker sole dan weight bearing parsial. Lesi pada hindfoot
memerlukan full non weight bearing selama fase resorpsi untuk mencegah
deformitas yang luas. Protected weight bearing diberikan sampai
didapatkan tanda-tanda radiologis penyembuhan tulang dan stabilitas, waktunya
bervariasi mulai 6 minggu sampai 2 tahun.
·
Setelah
fase aktif, pasien diberikan double upright PTB orthosis dengan adjustable
ankle dan sepatu akomodasi, shank dari baja, dan roller sole.
·
Pasien
dengan deformitas kaki yang signifikan memerlukan custom made shoes
·
Semua
pasien Charcot foot harus menggunakan otrhosis minimal selama 1
tahun, sampai didapatkan gambaran resolusi dari osteopenia dan rekonstruksi
densitas tulang yang normal.
4.
Tindakan
bedah, diindikasikan
apabila ada ulkus kronik berulang yang disebabkan oleh penonjolan tulang, sendi
yang tidak stabil dengan pemakaian brace, fraktur akut dengan segmen displaced
pada pasien dengan sirkulasi yang adekuat dan nyeri yang menetap Tindakan yang
paling sering dilakukan adalah arthrodesis (fusi sendi). Selain itu bisa
dilakukan total joint replacement, exostectomi penonjolan tulang,
osteotomi, tarsektomi parsial dan lengthening tendon
Achilles1. Tindakan
bedah pada charcot joint masih kontroversi karena tingginya angka kegagalan
dari arthrodesis, dan seringnya terjadi loosening dan subluksasi pada total
joint replacement. Penelitian oleh Simon dkk menunjukkan hasil yang baik
pada charcot joint akut yang menjalani intervensi bedah dini. Amputasi dipertimbangkan pada kasus
kerusakan sendi berat dengan komplikasi infeksi
5.
Edukasi : mengenai diagnosis, lama
terapi, dan prognosis. Pentingnya joint off loading, mengurangi berat
badan terutama pada pasien yang over weight, dan mengatur kadar gula
darah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Johnsen
B. Acute Charcot’s arthropathy: A difficult
diagnosis. JAAPA 20(7) [online]. JULY 2007 . [cited on ]. Available from : http://www.jaapa.com
2.
Schumacher HR, Klippel JH, Koopman WJ. Neuropathic Arthropathy. In : Primer on
the Rheumatic Diseases. 10th ed. Atlanta : Arthritis Foundation ; 1993. p191-2
3. Graf J,
Shoback D.Endocrine and Metabolic Disorders. In :Current Rheumatology Diagnosis
& Treatment. International ed. Singapore : Mc Graw Hill ; 2004.p 378-80
4. Neumann
DA. Ankle and Foot. In : Kinesiology of the Musculoskleletal System. St Louis :
Mosby ; 2002. p 477-520.
5. De Asla RJ, Deland JT. Anatomy and Biomechanics of the Foot and Ankle. In :
Foot and Ankle. Philadelpia : Lippincot Williams and Wilkins ; 2004. p 1-23
6. Sommer
TC. Charcot foot : The Diagnostic Dilemma. American Family Physician. [online].
November 2001. [cited on ]. Available from : http://www.aafp.org/afp/
20011101 /contents.html
7. Michael
JW, Issel M, Harrelson JM. Orthotic management of Diabetic Neuropathic
Atrhropathy. Journal of Prosthetics and orthotics.[online]. April 2004. [cited
on 2008 January 31]. Available from : http://www.oandp.org/jpo/library
/index /1992_01.asp.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar