Jumat, 04 Oktober 2013

KRISIS HIPERTENSI






Defenisi
KR HT adalah naiknya TD yang mendadak :
-          TS >180 mmHg dan atau
-          TD > 120 mmHg
Pada penderita hipertensi yang memerlukan penanggulangan segera

Klasifikasi
1.       Hipertensi emergensi
Naiknya TD secara mendadak yang disertai kerusakan organ target yang progresif.
Pada keadaan ini memerlukan penurunan TD yang segera dalam kurun waktu menit atau jam.
2.       Hipertensi urgensi
Naiknya TD secara mendadak yang tidak disertai kerusakan organ target.
Penurunan TD pada keadaan ini harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam.
Kedua KR HT ini perlu dibedakan dengan cara anamnesis dan pemeriksaan fisis karena baik factor resiko dan penanggulangannya berbeda.

Manifestasi klinis KR HT:
a.       Neurologi
-          Sakit kepala
-          Penglihatan kabur
-          Kejang-kejang
-          Deficit neurologis fokal
-          Somnolen
-          Spoor
-          Koma
b.      Mata
-          Perdarahan retina
-          Eksudat retina
-          Edema pupil
c.       Kardiologi
-          Nyeri dada
-          Edema paru
d.      Ginjal
-          Azotemia
-          Proteinuri
-          Oliguri
e.      Obstetric
Preeclampsia dengan gejala berupa
-          Gangguan penglihatan
-          Sakit kepala yang berat
-          Kejang-kejang
-          Nyeri abdomen  kuadran atas
-          Gangguan jantung kongesif
-          Oliguri
-          Gangguan kesadaran
-          Gangguan serebrovaskuler


Pemeriksaan fisis:
-          Sasaran pada organ target yang dicurigai terganggu
-          Mengukur TD teratur
-          Konsultasi kardiologi
-          Konsultasi neurologi
-          Konsultasi mata

Pemeriksaan penunjang
-          Urinalisis
-          Kimia darah
-          ECG
-          Foto thoraks
-          CT scan kepala
-          Ekokardiografi
-          USG
-          Cito uro
Penatalaksanaan HT emergensi:
-          Penaggulangan harus di RS karena memerlukan peralatan observasi yang memadai
-          Obat parenteral diberikan secara bolus atau infuse
-          TD diturunkan dalam waktu hitungan menit atau jam sbb:
-          5 menit s/d 120 menit pertama TD diturunkan 20-50%
-          2-6 jam kemudian TD diturunkan sampai 160/100 mmHg
-          6 s/d 24 jam berikutnya TD diturunkan sampai <140/90 mmHg (kalau tidak ada iskemik organ) 

Obat-obatan yang digunakan pada hipertensi emergensi:
1.       Clonidin (catapres) IV (150 mcg/ampul)
-          Clonidin 900 mcg dimasukkan dalam cairan infuse glukosa 5% 500cc dalam cairan infuse glukosa 5% 500cc dan diberikan dengan mikrodrip, 12 tetes/menit, setiap 15 menit dapat dinaikkan 4 tetes sampai tekanan darah yang diharapkan tercapai.
-          Bila tekanan mencapai target, pasien diobservasi selama 4 jam kemudian diganti dengan tablet clonidin oral sesuai kebutuhan.
-          Clonidin tidak boleh dihentikan mendadak, tetapi diturunkan perlahan-lahan oleh karena bahaya rebound phenomen, dimana tekanan darah naik secara cepat bila obat dihentikan.
2.       Diltiazem (Herbeser) IV (10 mg dan 50 mg/ampul)
-          Diltiazem 10 mg IV diberikan dalam 1-3 menit kemudian diteruskan dengan infuse 50 mg/jam selama 20 menit.
-          Bila tekanan darah telah turun >20% dari awal, dosis diberikan 30 mg/menit sampai target tercapai.
-          Diteruskan dengan dosis maintenance 5-10 mg/jam dengan observasi 4 jam diganti dengan tablet oral.
Perlu perhatian khusus pada penderita dengan gangguan konduksi jantung dan gagal jantung

3.       Nicardipin (perdipin) IV (2 mg dan 10 mg/ampul)
-          Nicardipin diberikan 10-30 mcg/kgbb bolus
-          Bila tekanan darah tetap stabil diteruskan dengan 0,5-6 mcg/kgbb/menit sampai target tekanan darah tercapai.

4.       Labetalol (normodyne) IV *
-          Labetalol diberikan 20-80 mg, IV bolus setiap 10 menit atau dapat diberikan dalam cairan infuse dengan dosis 2 mg/menit

5.       Nitroprusside (nitropress, nipride) IV*
-          Nitroprusside diberikan dalam cairan infuse dengan dosis 0,25-10,00 mcg/kg/menit.

6.       Sodium nitroprusside
-          Dosis 0,25-10 μg/kgbb/IV
-          Onset segera
-          Durasi 1-2 menit
7.       Nicardipine hydrochloride
-          Dosis 5-15 mg/jam IV
-          Onset 5-10 menit
-          Durasi 15-30 menit

8.       Fenoldopam mesylate
-          Dosis 0,1-0,3 μg/kgbb/menit IV
-          Onset <5menit
-          Durasi 30 menit

9.       Nitroglycerin
-          Dosis 5-100 μg/menit IV
-          Onset 2-5 menit
-          Durasi 5-10 menit

10.   Enalaprilat
-          Dosis 1,25-5mg setiap 6 jam IV
-          Onset 15-30 menit
-          Durasi 6-12 jam
11.   Hydralazine hydrochloride
-          Dosis 10-20 mg IV
-          Onset 10-20 menit
-          Durasi 1-4 jam

12.   Labetalol hydrochloride
-          Dosis 20-80 mg bolus setiap 10 menit IV
-          Onset 5-10 menit
-          Durasi 3-6 jam

13.   Esmolol hydrochloride
-          Dosis 20-500 μg/kgbb/menit IV
-          Onset 1-2 menit
-          Durasi 10-30 menit

14.   Phentolamine
-          Dosis 5-15 mg/menit bolus IV
-          Onset 1-2 menit
-          Durasi 10-30 menit
 


Krisis hipertensi pada keadaan khusus:
1.       Stroke
a.       Infark : aterotrombotik, kardioembolik, lakunar
-          Tekanan darah sistolik >220 mmHg dan diastolic >120 mmHg, pengukuran dilakukan dua kali dalam jangka waktu 30 menit.
-          Tidak ada tanda0tanda lain yang meningkatkan tekanan darah seperti nyeri kepala/artikular, kandung kemih penuh.
-          Obat anti-hipertensi parenteral diberikan sesuai prosedur dengan batas penurunan maksimal tekanan darah 20-25% dari mean arterial blood pressure.
-          Jika tekanan darah sistolik 180-220 mmHg dan tekanan diastolic 105-120 mmHg, dilakukan penatalaksanaan seperti terapi pada hipertensi urgensi
b.      Perdarahan : perdarahan intraserebral, perdarahan subarachnoid, pecahnya arteriovenosus malformation (AVM)
-          Tekanan darah sistolik >220 mmHg dan diastolic >120 mmHg. Pengukuran dilakukan dua kali dalam jangka waktu 30 menit.
-          Tidak ada tanda-tanda lain yang meningkatkan TD
-          Obat anti-hipertensi parenteral diberikan sesuai prosedua tatalaksana KR HT dengan batas penurunan TD 20-25% dari mean arterial blood pressure.
-          Target TD adalah sistolik 160 mmHg dan diastolic 90 mmHg.
c.       Ensefalopati hipertensi
-          TD sistolik >220 mmHg dan diastolic >120 mmHg. Pengukuran dilakukan dua kali dalam jangka waktu 30 menit.
-          Terdapat gangguan kesadaran, retinopati dengan papil edeme, peningkatan TIK sampai kejang.
-          Tidak ada tanda-tanda lain yang meningkatkan TD
-          Obat anti-hipertensi parenteral diberikan sesuai prosedur tatalaksana krisis hipertensi dengan batas penurunan TD 20-25% dari mean arterial pressure

d.      Trauma kepala dan tumor intracranial
-          Pada kasusu trauma kepala, tumor intracranial terdapat gejala tekanan intracranial yang meningkat seperti:
-          Sakit kepala hebat
-          Muntah proyektil/tanpa penyebab gastrointestinal
-          Papil edema (sembab papil)
-          Kesadaran menurun/berubah
-          TD sistolik >220 mmHg dan diastolic >120 mmHg. Pengukuran dilakukan dua kali dalam jangka waktu 30 menit
-          Tidak ada tanda-tanda lain yang meningkatkan TD.
-          Obat antihipertensi parenteral diberikan sesuai prosedur tatalaksana krisis hipertensi dengan batas penurunan TD 20-25% dari mean arterial blood pressure.
-          Khusus untuk tumor intracranial, hipofisis perlu dilakukan pemeriksaan hormonal dan penatalaksanaan sesuai dengan krisis hipertensi dengan gangguan endokrin.

2.       Krisis hipertensi pada penyakit ginjal
Hipertensi pada penyakit ginjal umumnya sekunder dan paling banyak ditemukan adalah penyakit renovaskular. Pada krisis hipertensi, angka kejadian bisa 10% sampai 45%. Untuk itu diperlukan deteksi dini dari stenosis arteri renalis yang berkaitan dengan hipertensi.

Dicurigai stenosis arteri renalis bila ditemukan:
a.       Ditemukan hipertensi sebelum usia 30 tahun khususnya jika tidak ada riwayat hipertensi di keluarga.
b.      Ditemukan hipertensi berat (hipertensi stadium II dengan TD >160/100 mmHg) setelah usia diatas 50.
c.       Ditemukan hipertensi yang refrakter dan sulit dikendalikan dengan obat kombinasi lebih dari 3 macam (termasuk diuretic)
d.      Terjadinya peningkatan TD tiba-tiba pada keadaan pasien hipertensi yang terkontrol baik sebelumnya.
e.      Hipertensi malignan (hipertensi dengan keterlibatan gangguan organ lain seperti gagal ginjal akut, perdarahan retina, gagal jantung dan kelainan neurologis)
f.        Peningkatan plasma kreatinin dalam waktu singkat setelah pemberian golongan obat ACEI/ARB.

Pemeriksaan penunjang diagnostic
a.       Arteriografi ginjal (pemeriksaan baku emas)
b.      Magnetic resonance angiography
c.       Computed tomography
d.      Duplex Doppler ultrasonography

Tidak ada komentar:

Posting Komentar